Kalau diperhatikan sejak awal 2014 sampai sekarang
banyak sekali bencana alam yang terjadi di Indonesia begitu bertubi-tubi, mungkin
kalian masih ingat berita-berita ini
- Puting beliung di pringsewu, Lampung, 6 Januari 2014
- Banjir di manado, 15 Januari 2014
- Banjir di kebumen, jawa tengah, 25 Januari 2014
- Banjir di kudus, jawa tengah, 26 Januari 2014
- Banjir dan longsor di sumatra utara, 27-28 Januari 2014
- Meletusnya gunung sinabung, Februari 2014
- Meletusnya gunung kelud, 13 Februari 2014
- Kebakaran di riau, maret 2014
Seperti Richard Bach mengatakan lewat novelnya
"There is no disaster that can't became blessing" tidak ada bencana
yang tidak dapat mendatangkan berkah. Saya sangat memuji bagaimana Ricard Bach
menyampaikan isi pikiranya mengenai alam lewat quotes itu, benar sekali bahwa
dibalik semua bencana alam yang terjadi pasti ada hal penting yang harus kita
sadari, kita jadikan pembelajaran, dan kita perbaiki apa yang salah dari diri
kita.
Saya pribadi sangat khawatir dan takut jika bencana
alam seperti yang saya sebutkan diatas terjadi di kota tempat saya tinggal,
kekhawatiran itu telah merubah pikiran dan tindakan saya untuk berlaku lebih
bijaksana terhadap alam dimulai dari hal-hal kecil, misalnya:
- Saya lebih memilih membawa air minum dari rumah dari pada membeli air kemasan, kenapa? sederhana sekali, dengan membeli air kemasan kita cendrung akan membuang botolnya dan hal ini secara tidak langsung akan menambah jumlah volume sampah di tempat tinggal kita.
- Saya
lebih memilih membawa tas kain saat belanja dari pada menggunakan kantong
plastik, tak dapat dipungkiri hampir setiap benda disekeliling kita tidak
luput dari kantong plastik, barang belanjaan, bungkus makanan. Plastik
membuat segalanya menjadi praktis, tetapi coba pikir ulang sebelum memakai
plastik, dekomposer baru bisa mengurai plastik dalam kurun waktu yang
sangat lama sekali
Picture from pinterest.com - Lokasi kampus saya tidak jauh dari kediaman saya, butuh waktu 10 menit untuk sampai dikampus dengan berjalan kaki, dulu saya memang lebih memilih naik kendaraan dari pada jalan kaki. Pada saat liburan saya diajak teman-teman saya mendaki puncak gunung pangrango setinggi 3.019 meter dan itu adalah pengalaman pertama saya. Saat saya tiba di puncak gunung saya tersadar kenapa saya begitu rela berjalan kaki sejauh 3.019 meter tapi untuk berjalan kaki ke kampus yang jauhnya hanya sekitar 150 meter rasanya malas sekali, maka sepulang dari mendaki gunung saya pikir “oke 150 meter itu ga ada apa-apanya jika dibandingkan dengan perjalanan ke puncak gunung pangrango, kaki yang Tuhan berikan ini harus dimanfaatkan sebagai kendaraan” saya sendiri senang sekali menambah wawasan saya mengenai lingkungan melalui blogdetik dan wwf sehingga saya mendapat pengetahuan baru bagaimana bersikap bijaksana terhadap lingkungan
Pemilu tinggal 19 hari lagi, media
informasi seperti televisi tak luput dari sasaran kampanye, tapi sangat
disayangkan tak ada yang berubah dari upaya partai politik berkampanye, mengumbar
janji akan memberantas korupsi, memperhatikan dunia pendidikan, memberantas
kemiskinan, memfokuskan mensejahterkan rakyat tapi sedikit sekali partai
politik yang pro lingkungan dan berupaya mensejahterkan lingkungan.
picture from pinterest.com |
Saya sempat
research kecil-kecilan mengenai partai politik yang peduli lingkungan melalui
kabarpolitik.com ternyata ada partai politik yang menyebut sebagai “green party”
saya berharap semoga orang-orang yang masuk dalam partai tersebut adalah orang-orang
yang memang ikhlas peduli lingkungan. Karena menurut pandangan saya aktifis
lingkungan perlu masuk ke dunia politik
dan berjuang untuk lingkungan melalui kebijakan-kebijakan yang akan
dibuat serta menyuarakan dan menampung aspirasi masyarakat korban kejahatan
lingkungan.
picture from pinterest.com |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar